Home
Kembali
Kesbangpol DKI Jakarta Sosialisasikan Bahaya Radikalisme di Kalangan Santri

Kesbangpol DKI Jakarta Sosialisasikan Bahaya Radikalisme di Kalangan Santri


Kamis, 29 Agustus 2018 - 11:40:36 WIB - Dibaca : 335 Pengunjung

CIBOGO ­– BADAN Kesatuan Bangsa dan Politik DKI Jakarta memberikan sosialisasi tentang bahaya tumbuh dan berkembangnya paham radikalisme di kalangan santri di Hotel Ria Diani, Cibogo, Bogor, Jawa Barat selama 3 hari, Selasa-Jumat, 28-31 Agustus 2018.

Kegiatan bertema “Peningkatan Pemahaman Sistem Deteksi Angkatan III Tahun 2018”  diikuti 110 peserta dari Pondok Pesantren Nurul Ibad dan Pondok Pesantren Fauzan ini berlangsung dalam suana yang interaktif dan dialogis.

Dalam sambutannya, Plt. Kesbangpol DKI Jakarta, Drs. Taufan Bakri, M.Si mengatakan sebagai santri, adik-adik harus memahami tentang dinamika berkembangnya paham-paham radikalisme baik yang ekstrim kiri seperti komunisme maupun ekstrim kanan yang berlatar agama.

“Dengan mengetahui ciri-ciri paham radikal, adik-adik akan bisa menolak paham radikal,” kata Taufan.

Alumnus Fisip Unas Angkatan Tahun ’84 ini menjelaskan, salah satu ciri uta ma dari paham radikal yaitu gerakannya yang tidak terlihat alias  di bawah tanah atau tertutup. Baik ideologi komunisme dengan logo palu-aritnya maupun ekstrim “Islam,” keduanya berkembang di kalangan yang tertutup (ekslusif).

“Komunisme boleh bubar. Tetapi ideologinya tidak pernah mati (never die). Buktinya, kita saat ini banyak menemukan gambar palu-arit yang sempat trending di kalangan anak muda,” tutur Taufan.

Komunisme, lanjutnya, itu seperti diibaratkan buah Semangka di mana luar nya hijau dan dalamnya merah. Jadi bisa saja, ketika merekrut mereka menawarkan gagasan tentang keadilan, kemerdekaan, dan pembagian tanah, namun ketika kita berhasil direktur kita sudah terperangkap dalam paham komunis.

Taufan menjelaskan, bahwa ideolog Pancasila sudah menjadi kesepakatan bersama para pendiri republik baik yang berasal dari dikalangan agama maupun nasionalis. Karena itu, adalah menjadi tugas kita bersama untuk merawat, menjaga dan melestarikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Kesbangpol DKI Jakarta memahami bahwa kalangan santri yang kini sering disebut sebagai generasi milineal merupakan generasi yang rentan dengan perangkap dari kepentingan-kepentingan paham radikal yang kini masuk ke kalangan pelajar dan kampus-kampus.

Taufan mencontohkan tentang berkembangnya paham radikal “Islam” yaitu munculnya fenomene Lia Eden yang mengaku sebagai penjelmaan Malaikat Jibril dari Jakarta Pusat dan Ahmad Musadeq dari Jakarta Selatan yang mengaku sebagai Nabi Baru.

Anehnya, kata Taufan, ketika dirinya masih bekerja di Kesbangpol Jakarta Selatan ini pernah mewawancarai Ahmad Musadeq yang mengaku Nabi ini menangis dan menyesal atas tindakan yang dilakukannya

Kepada para santri, Plt. Kesbangpol DKI Jakarta mengharapkan agar terus meningkatkan pemahaman keagamaan yang benar dan tidak terjebak dalam paham fanatik yang sempit yang mempertentangkan antara Pancasila dengan Agama.(sumber:kesbang.com)


Bagikan Melalui


Komentar Anda